Malu Pada Diriku


Ku adalah anak yang dididik dalam lingkungan yang menghimpit ekonomi keluarga yang kurang. Sehingga kudisekolahkan disamping agar mendapatkan ilmu juga agar diriku cepat mendapat pekerjaan, dulu diriku tak tahu itu adalah sebuah pendapat yang benar atau bukan, walau kini ku tidak membenarkan dan menyalahkan pendapat itu. Mungkin orangtuaku ingin anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang mapan tidak seperti dirinya yang Sekolah Dasar saja mereka tidak lulus, akan tetapi itu tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap menyekolahkan anak-anaknya tiga kali sampai empat kali lipat dari pendidikannya. Orang tuaku memang bukan superman yang gagah, dan bukan fir’aun yang tak pernah sakit, Dia adalah seorang petani renta yang kulitnya hitam tergosong karena setiap hari terbakar matahari, demi agar anak-anaknya bisa sekolah STM (Sekolah Teknik Menengah).

Diriku anak kedua dari empat bersaudara. Orangtuaku mempunyai empat anak dan semuanya laki-laki yaitu Herman, Ari, Doni, dan Muh. Rizky, dia ayah yang keras dalam mendidik ana-anaknya namun itu semua demi agar anak-anaknya jadi orang dan tidak leha-leha dalam hidup. Jika ada hari libur semua bukan diisi dengan liburan akan tetapi diisi dengan pergi ke lading atau kesawah, cape memang akan tetapi ujarnya” Lamun jadi lalaki mah kudu loba pangabisa” itu kata-kata bapakku yang mendidik anak-anaknya agar jadi manusia yang dipenuhi dengan keahlian dan ilmu. Dari segi akademik memang orang tuaku khususnya bapak ku itu tidak punya title atu gelar apapun tetapi pola piker nya sungguh cerdas, sampai-sapai diriku malu.

Diriku malu belum bisa memberikan kebahagiaan kepada kedua orangtuaku, untuk membalas semua jasa sabarnya ketika ku ngompol setiap hari, apalagi membalas kasih sayangnya yang begitu besar terhadapku, catatan ini akan menjadi saksi betapa aku menyayanginya terutama pada Ibuku tercinta. Seandainya ku diberikan umur sehingga aku berumah tangga dan memiliki seorang istri, akan ku muliakan istriku untuk membalas semua jasa ibuku jika ibuku tiada.

Akan selalu ku muliakan mereka, akankah ku sekuat orang tuaku yang berjuang tak pernah lelah. Ku kan selalu panjatkan doa buat mereka sampai ruh ini berpisah dengan jasadku. “Allohumagfirli dzunubi waliwalidaya warhamhuma kamma robbayani sogiro”.
Kumpulkanlah kami ya robb di jannah Mu, Jannatul firdaus. Amin


~Ari S~

0 komentar: